Sunday, April 30, 2017
Misteri Sungai Berdarah di Antartika
100 tahun lalu seorang geologis asal Australia menemukan fenomena alam menarik di Antartika. Sebuah air terjun mini atau lebih mirip dengan aliran sungai keluar dari lapisan es Taylor Glacier dengan warna merah darah. Jika sekilas melihatnya, kamu mungkin akan mengira itu sungai yang berdarah.
Belum lama ini para peneliti dari University of Alaska and Colorado College berhasil memecahkan misteri di balik air terjun berdarah itu. Menurut mereka air yang mengalir bagai sungai darah itu berasal dari danau besar yang terjebak di dalam lapisan es selama satu juta tahun.
Para ilmuwan berhasil menemukan jawaban itu dengan bantuan teknologi ekolokasi. Alat ini bekerja layaknya seekor kelelawar yang memancarkan gelombang untuk mencari mangsa. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan teknologi ekolokasi mampu memberikan citra yang jelas tentang keadaan di dalam lapisan es.
Ternyata Taylor Glacier ini memiliki sistem pengairannya sendiri. Kami juga terkejut ketika mengetahui danau besar di dalamnya tidak membeku meskipun terjebak selama jutaan tahun di dalam lapisan es, tulis mereka dalam sebuah laporan ilmiahnya.
Temuan ini sekaligus menampik argumen ilmiah sebelumnya yang lebih dulu muncul. Saat pertama kali ditemukan pada 1911 para geologis percaya sungai berdarah itu berasal dari warna alga merah yang hidup di Antartika. Lalu pada 2003 warna merah dipercaya berasal dari kandungan besi yang teroksidasi serta danau air asin yang terjebak di bawah lapisan es selama lima juta tahun.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment